Selasa, 16 Mei 2017

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR, TINGKAH LAKU






LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR
TINGKAH LAKU



 


DISUSUN OLEH :

NAMA                  :    DEDI DAMHURI
NPM                      :    A1D015023
DOSEN                 :    1. DRA. ARIEFA P.YANI, M.Si
                                    2. IRWANDI ANSORI, M.Si
ASITEN DOSEN  :    1. ULVIA FITRIANI (A1D013019)
                                    2. YEMI ULVIANI (A1D013016)
                                    3. RUDIANSYAH (A1D013040)
                                    4. DIO AGUNG KURNIAWAN (A1D013008)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Judul
Judul dari prektikum kali ini ialah tingkah laku
1.2.      Tujuan
1.2.1. Mengenal 3 macam gerak tropis pada tumbuhan.
1.2.2. Mengenal 3 macam bentuk reaksi / prilaku hewan terhadap berbagai rangsangan.
1.2.3. Mengenal reaksi hewan yang bersifat fototaksis positif dan negatif.
1.3.       Latar belakang
Makhluk hidup melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan di sekitar habitat tempat hidupnya tidak terkecuali manusia. Adaptasi yang dilakukan makhluk hidup bertujuan untuk dapat bertahan hidup dari kondisi lingkungan yang mungkin kurang menguntungkan.
Gerak pada hewan adalah gerak yang sering kita lihat setiap hari contohnya kucing yang bergerak mencari makan dan burung yang terbang, hewan terkadang bergerak untuk beradaptasi atau melindungi dirinya dari bahaya.
Gerak pada tumbuhan adalah pindah tempat dalam waktu singkat, salah satu ciri makhluk hidup adalah  mampu melakukan gerak. Tumbuhan bergerak sangat perlahan terkadang tidak teramati. Gerak tumbuhan tanpa pengaruh lingkungan disebut endonom atau etionom, sedangkan gerak tumbuhan  yang di pengaruhi  oleh faktor lingkungan.
Gerak tumbuhan tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diamati dalam waktu yangg lama yang biasanya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan adalah proses fisiologis yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sel dan bertambahnya volume sel yang bersifat irreversible(tidak dapat mengecil kembali). Pada tumbuhan ber sel satu terjadi penambahan besar sel, sedangkan pada tumbuhan multiselluler terjadi pembesaran sel maupun penambahan ukuran sel. Pada proses perkecambahan, ada dua tipe perkecambahan yaitu  epigeal (perkecambahan dimana kotiledon berada di atas tanah) dan hipogeal (kotiledon tetap berada di dalam tanah).
Perkembangan adalah proses pada tubuh untuk mencapai kedewasaan atau maturitas. Matuaritas tidak dapat diukur secara kuantitatif namun bisa dilihat dari cirri-cirinya, contohnya spermatophyta bila sudah berbunga.
Contoh pergerakan pada tumbuhan dapat dilihat dalam pertumbuhan dan  perkembangan kecambah, dimana pergerakan tanaman kacang hijau dapat diamati perharinya, yang ditandai dengan pertambahan panjang akar, baang dan daunnya.



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.       Pengertian Tingkah Laku
Dari sudut biologis tingkah laku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Tingkah laku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri.
Secara oprasional tingkah laku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.
Emisklopedi amerika tingkah laku adalah sebagai suatu aksi reaksi organism terhadap lingkungan. Tingkah laku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tersebu akan menghasilkan reaksi atau prilaku tertentu.
Menurut ribert kwick(1974) tingkah laku adalah tindakan atau prilaku suatu organism yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari (Adam,1992 : 200)
Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkah laku adalah semua perbuatan baik pergerakan, suara, ataupun yang lainnya yang terjadi pada suatu makhluk hidup. Tingkah laku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi.
2.2.       Tingkah Laku Tumbuhan
Salah satu aktifitas biologis dari tumbuhan adalah tanggap terhadap rangsang, misalnya gerak. Gerak tumbuhan antara lain adalah bengkoknya dahan dan akar, melipatnya daun, dan perpindahan tanaman tingkat rendah.
Gerak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :
2.2.1. Gerak Endonom
Gerak endonom ini merupakan gerak tumbuhan yang tidak disebabkan rangasangan dari luar. Diduga gerak yang terjadi disebabkan oleh rangsangan yang berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri. Contohnya  gerak yang terjadi pada sitoplasma sel hydrilla dan bawang merah.
2.2.2. Gerak Etionom
Gerak etionom merupakan reaksi gerak tumbuhan yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar. Berdasarkan hubungan antara  arah respon gerakan dengan asal rangsangan, gerak etionom dapat dibedakan menjadi gerak taksis, tropis, dan nasti.
2.2.2.1.    Gerak Taksis
Taksis adalah gerak seluruh tubuh atau bagian dari tubuh tumbuhan yang berpindah tempat dan arah perpindahannya dipengaruhi rangsangan. Gerakan yang arahnya mendekati sumber rangsangan disebut sebagai taksis positif dan yang menjauhi sumber rangsangan disebut taksis negatif.
2.2.2.2.    Gerak Tropis
Tropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya dipengaruhi arah datangnya rangsangan. Tropis berasal dari bahasa yunani, yaitu trope, yang berarti membelok. Bagian yang bergerak itu misalnya cabang, daun, kuncup bunga atau sulur. Gerak tropisme dapat dibedakan menjadi tropis positif  apabila gerak itu menuju sumber rangsang dan tropis negatif apabila gerak itu menjauhi sumber rangsang. Berdasarkan dari macam sumber rangsangannya, tropis dapat dibedakan lagi menjadi fototropisme, geotropisme, dan hydrotropisme.
2.2.2.2.1.   Fototropisme adalah gerak tropis yang disebabkan oleh rangsangan berupa cahaya matahari. Fototropisme disebut juga heliotropisme. Gerak bagian tumbuhan yang menuju kearah cahaya disebut fototropisme positif. Misalnya gerak ujung batang tumbuhan yang membelok kearah datangnya cahaya. Fototropisme merupakan adaptasi tumbuhan untuk mengarahkan tajuknya ke arah cahaya matahari yang sangat penting untuk berlangsungnya proses fotosintesis.
2.2.2.2.2.   Geotropisme yaitu akar selalu tumbuh ke arah bawah akibat rangsangan gaya tarik bumi (gaya gravitasi). Gerak yang disebabkan rangasangan gaya gravitasi disebut geotropisme (geo = bumi). Geotropisme disebut juga gravitropisme. Karena gerak akar diakibatkan oleh rangsangan gaya tarik bumi (gravitasi) dan arah gerak menuju arah datangnya rangsangan, maka gerak tumbuh akar disebut geotropisme positif. Sebaliknya gerak organ tumbuhan lain yang menjauhi pusat bumi disebut geotropisme negatif.
2.2.2.2.3.   Hydrotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena rangsangan air (hidro = air). Jika gerakan itu mendekati air maka disebut hidrotropisme positif. Misalnya, akar tanaman tumbuh bergerak menuju tempat yang banyak airnya ditanah. Jika tanaman tumbuh menjauhi air disebut hidrotropisme negatif. Misal, gerak pucuk batang tumbuhan yang tumbuh keatas air (Adianto, 1983 : 45).
2.2.2.3.    Gerak Nasti
Nasti adalah gerak tumbuhan yang  arahnya tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan, tetapi ditentukan oleh tumbuhan itu sendiri. Gerak nasty dipengaruhi oleh rangsangan namun arahnya tidak dipengaruhi oleh arah datingnya rangsangan. Kata nasty berasal dari bahasa yunani, yaitu nastos yang berarti dipaksa mendekat. Oleh karena itu, arah gerak dari bagian tubuh tumbuhan yang melakukan gerak nasty ditentukan oleh tumbuhan itu sendiri (Bambang, .2002 : 309).

2.3.       Tingkah Laku Hewan
Hewan sebagai komponen biotic dari ekosistem mempunyai karakteristik yang khas. Struktur tubuh yang sangat lentur khususnya pada hewan invertebrate memungkinkan hewan ini memiliki kemampuan mobilitas yang cukup tinggi. Dengan daya mobilitas yang tinggi, hewan tersebut dapat bergerak bebas sesuai dengan kemampuan dan nalurinya, apakah untuk mencari makan, menghindari dari predator, menjauhi keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan, mencari pasangan untuk kawin dan lain sebagainya.
Taksis dapat diartikan sebagai pergerakan suatu organisme sebagai respon terhadap adanya stimulus eksternal yang mengenainya secara langsung. Pergerakan organism ini dapat berlangsung ke arah stimulus (respon positif); berupa respon menjauhi arah stimulus (respon negative) maupun bergerak kea rah tertentu dengan sudut tertentu dari stimulus (kikkawa, 1971; gundevia, 1996). Sementara michael (1985) mengemukakan bahwa taksis merupakan arah dari orientasi-orientasi dan gerakan-gerakan (positif dan negative) sesuai dengan rangsangan-rangsangan alam. Kikkawa (1971) menyebutkan bahwa perubahan orientasi tubuh suatu organism sebagai reaksi terhadap stimulus dan mempeertahankan posisinya sebelum melakukan pergerakan disebut respon taksis (Campbell, 2003 : 267)
Dengan demikian bias dikatakan bahwa perilaaku taksis selaalu di dahului oleh suatu bentuk respon taksis dan dilanjutkan dengan suatu pergerakan menuju atau menjauhi atau ke arah tertentu dari stimulus yang diterima oleh suatu organism.berdasarkan jenis dari stimulus yang diterima oleh suatu organism daapat dibedakan menjadi:
2.3.1. Foto taksis adalah jenis taksis yang disebabkan oleh adanya stimulus berupa cahaya.
2.3.2. Kemotaksis adalah jenis taksis yang disebabkan oleh stimulus berupa zat kimia.
2.3.3. Aerotakssis adalaah jenis taksis yang disebabkan oleh aadanya stimulus berupa kadar o2 di udara.
2.3.4. Geotaksis adalah jenis taksis yang disebabkan oleh adanya stimulus berupa gaya gravitasi bumi.
2.3.5. Rhoeotaksis adalah jenis taksis yang disebabkan oleh adanya stimulus berupa daya tahan
2.3.6. Thermotaaksis adalah jenis taksis yang disebabkan oleh adanya stimulus berupa panas.
2.3.7. Tigmotaksis adalah jenis taksis yang disebabkan oleh adanya stimulus berupa sentuhan.
2.3.8. Galvanotaksis adalah jenis taksis yang disebabkan oleh adanya stimulus berupa listrik (Diah, 2011: 222)


2.4.       Cacing Tanah (Lumbiscus terestris)
Cacing tanah adalah cacing berbentuk tabung dan tersegmentasi dalam filum annelida. Mereka umumnya ditemukan hidup di tanah, memakan bahan organik hidup dan mati. Sistem pencernaan berjalan melalui panjang tubuhnya. Cacing tanah melakukan respirasi melalui kulitnya. Cacing tanah memiliki sistem transportasi ganda terdiri dari cairan selom yang bergerak dalam selom yang berisi cairan dan sistem peredaran darah tertutup sederhana. Memiliki sistem saraf pusat dan perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari dua ganglia atas mulut, satu di kedua sisi, terhubung ke tali saraf berlari kembali sepanjang panjangnya ke neuron motor dan sel-sel sensorik di setiap segmen. Sejumlah besar kemoreseptor terkonsentrasi di dekat mulutnya. Otot melingkar dan longitudinal di pinggiran setiap segmen memungkinkan cacing untuk bergerak. Set yang sama otot garis usus, dan tindakan mereka memindahkan makanan mencerna menuju anus cacing (Dwijosaputro,1983 : 333).
Cacing tanah adalah hermafrodit - masing-masing individu membawa kedua organ seks pria dan wanita. Mereka tidak memilikikerangka internal atau eksoskeleton, tapi mempertahankan struktur mereka dengan ruang coelom cairan yang berfungsi sebagairangka hidrostatik.
"cacing tanah" adalah nama umum untuk anggota terbesar dari oligochaeta (yang merupakan kelas atau upakelas tergantung pada penulis). Dalam sistem klasik, mereka ditempatkan dalam ordo opisthopora, atas dasar pori-pori jantan membuka posterior ke pori-pori betina, meskipun segmen jantan internal anterior ke betina. Studi kladistik teoritis telah menempatkan mereka, sebaliknya, dalam subordo lumbricina dari ordo haplotaxida, tapi ini mungkin lagi segera berubah.
Cacing tanah darat yang lebih besar juga disebut megadriles (atau cacing besar), yang bertentangan dengan microdriles (atau cacing kecil) di familia semiakuatik tubificidae, lumbriculidae, dan enchytraeidae, antara lain. Megadriles ditandai dengan memiliki klitelum yang berbeda (yang lebih luas daripada microdriles) dan sistem vaskular dengan kapiler benar (Furqonita, 2006 : 33).


Klasifikasi cacing tanah beserta morfologinya
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBLfwbCHOVWq_dPIW9iykXnEvEDUhM-nXVZLyMzqKfYDGLAlUYyILPylw1CzlI6iyJ1gzFWYg9TL3ZKq3GoFqonBHYMJIUmnrQqC_P2WTD15gQXJtA1WWFoEcRdyTNsNPLfboibpaIc3I/s320/Manfaat-Cacing-Tanah.jpg
Cacing tanah merupakan hewan dengan segudang manfaat khususnya dalam dunia pengobatan. Bahkan china yang terkenal dengan kemujaraban obatnya menempatkan cacing tanah sebagai bahan baku standar obat. Cacing tanah ini bahkan tercantum dalam buku resep obat berjudul “ben cao gang mu” yang ditulis ribuan tahun yang lalu. Keistimewaan ini membuat cacing tanah layah dikaji lebih lanjut. Sebagai langkah awal, tak ada salahnya memahami klasifikasi cacing tanah ini bukan? Berikut kami sajikan untuk anda lengkap dengan morfologinya.
Lain lagi dengan jenis cacing tanah bernama pheretima. Ia memiliki jumlah segmen antara 95 sampai 150. Adapun bagian klitelumnya mencapai angka 14 sampai 16. Tubuh cacing tanah jenis ini cenderung gilik dan memanjang. Ia juga mirip dengan silinder dengan warna yang merah agak keungu-unguan. Cacing tanah yang masuk ke dalam kelompok pheretima adalah cacing yang sering kita namai cacing merah, cacing kalung dan juga cacing koot. (Hermanto, 2011:77)
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka. Penelitian yang telah berlangsung selama 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme. Telah ditemukan bahwa cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein .
Pada studi tentang cacing tanah (lumbricus terrestris), misalnya pengukuran ph tanah dapat memberikan gambaran penyebaran suatu jenis cacing tanah (lumbricus terrestris). Cacing tanah (lumbricus terrestris) yang tidak toleran terhadap asam, misalnya, tidak akan ditemui atau sangat rendah kepadatan populasinya pada tanah yang asam. Selain itu pengukuran faktor lingkungan abiotik pada tempat dimana jenis hewan tanah kepadatannya akan sangat menolong dalam melakkukan penelitian (muhammad, n. 1989).
Klasifikasi dari cacing tnah yaitu :
Kingdom :    animalia
Phylum    :    annelida
Classis      :    chaetopoda
Ordo             :    oligochaeta        
Familia     :    lumbricidae
Genus      :   lumbricus
Species        lumbricus terrestris  (anonymous,2012).

Morfologi  cacing tanah (lumbricus terrestris)
Cacing tanah (lumbricus terrestris) merupakan ordo oligochaeta. Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit. Bagian luar tubuh terdiri atas segmen-segmen yang jumlah dan lebarnya berbeda menurut spesies, sedangkan cacing tanah memiliki segmen berjumlah 15 – 150 buah.
Bentuk tubuh lumbricus terrestris panjang, silindris dan pada ±2/3 bagian posteriornya memipih secara dorsoventral, tubuh bersegmen-segmen. Secara morfologis, hewan ini berwarna merah sampai biru kehijauan pada sisi dorsal. Pada sisi ventral berwarna lebih pucat, umumnya merah jambu atau atau kadang-kadang putih. Mulut terletak pada bagian ujung anterior. Pada segmen 32 sampai 37 terdapat penebalan kulit yang dikenal sebagai klitelium. Clitellum adalah batas bagian depan dengan bagian belakang tubuh cacing. Fungsi dari clitellum adalah untuk memperbesar lubang tanah. Selain itu, clitellum juga berkaitan dengan pembentukan cocoon atau telur cacing. Bagian belakang cacing yang dekat dengan anus disebut periproct. Periproct berfungsi sebagai organ pembuangan cast atau kotoran. Cacing juga memiliki seta atau bulu-bulu kecil yang membantu pergerakan cacing dalam tanah.
Pada setiap segmen terdapat 4 pasang setae, kecuali pada  segmen pertama dan terakhir. Pada permukaan tubuh cacing tanah terdapat lubang-lubang muara yang keluar dari berbagai organ tubuh, yakni mulut, anus, lubang dari duktus spermatikus, lubang muara dari oviduk, lubang muara dari reseptakulum seminis, pori dorsales, dan sepasang nefridiofor pada tiap segmen (anonymous, 2011).
Anatomi cacing tanah (limbricus terrestris )
Alat pencernaan makanan pada cacing tanah terdiri atas rongga mulut, faring berotot, esoffagus, tembolok, lambung otot usus dan anus.
Sistem sirkulasi terdiri dari pembuluh darh dorsal yang mengalirkan darah kea rah anterior dan pembuluh darah median yang tak berkontraksi mengalirkan darah kea rah posterior.  Di daerah esophagus terdapat lima pasang cabang-cabang aorta dorsalisyang membesar yang berfungsi sebagai cor pada hewan tingkat tinggi. Cor ini mengelilingi esophagus dan berhubungan dengan aorta ventralis. Selain pembuluh darah dorsal dan ventral, juga terdapat 2 pembuluh darah lateral truncus nervosus dan1  pembuluh darah di sebelah ventral dari truncus nervosus.
Sistem nervosum, sistem saraf pada cacing tanah terdiri atas :
Ganglion cerebrale, tersusun dari dua kelompok sel saraf dengan commisuranya, berkas saraf sentralis dengan cabang-cabangnya
Sistem eskresi pada cacing tanah berupa nefridium. Pada tiap segmen terdapat sepasang nefridia, kecuali tiga segmen pertama dan terakhir. Tiap nefridium terdiri atas nefrostoma dan nefridiosphore.
Sistem respirasi, cacing tanah berpas dengan kulitnya karena kulit pada hewan ini tipis, selalu lembab dan banyak mengandung kapiler pembuluh darah.
Sistem reproduksi, cacing tanah (lumbricus terrestris) bersifat hermafrodit. Sepasang ovarium menghasilkan ovum dan terletak pada segmen ke-13. Testis terdapat pada rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesicular seminalis.duktus spermaticus keluar dari sisi caudal testis dan keluar pada segmen ke- 15. Walaupun cacing tanah bersifat hermafrodit,namun tidak dapat melakukan perkawinan sendiri karena tidak adanya saluran yang menghubungkan organ reproduksi jantan dan betina (anonymous, 2012).
Peran cacing tanah bagi kesuburan tanah, dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.
Cacing tanah dalam aktivitasnya dapat mengeluarkan lendir yang nantinya lendir tersebut dimakan oleh mikroorganisme sehingga keberadaan cacing di dalam tanah dapat memberikan makan bagi mikroorganisme tanah. Cacing tanah tidak makan vegetasi hidup,tetapihanya makan bahan organic mati,baik sisa-sisa hewan maupun tumbuhan.
Bahan organik dan tanah halus yang dimakan kemudian dikeluarkan sebagai kotoran (ekskresi) atau casting yang berupa agregat-agregat berbentuk granular dan tahan terhadap pukulan-pukulan air hujan,serta banyak mengandung unsure hara yang siap tersedian bagi tanaman. Cacing tanah mengaduk tanah dan memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi air menjadi lebih baik dan lebih mudah ditembus oleh akar.
Cacing tanah umumnya bersarang dan membawa makanannya kedalam liang tanah,kemudian memakannya bersama dengan tanah kedalam mulutnya.akibat dari aktivitas ini terjadi perpindahan tanah lapisan bawah ke lapisan atas. Adanya liang-liang yang menyebabkan system aerasi dan drainase tanah menjadi lebih baiksehingga tersedianya o2 dan aktivitas keluar masuk siang yanh membawa seresah serta adanya sekresi lendir yang menempel di dinding  liangnya. (adianto. 1983).
2.5.       Kacang Hijau (Vigna radiata)
Kacang hijau (vigna radiata) adalah sejenis palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah.
Bagian paling bernilai ekonomi adalah bijinya. Biji kacang hijau direbus hingga lunak dan dimakan sebagai bubur atau dimakan langsung. Biji matang yang digerus dan dijadikan sebagai isi onde-onde, bakpau, atau gandas turi. Kecambah kacang hijau menjadi sayuran yang umum dimakan di kawasan asia timur dan asia tenggara dan dikenal sebagai tauge. Kacang hijau bila direbus cukup lama akan pecah dan pati yang terkandung dalam bijinya akan keluar dan mengental, menjadi semacam bubur. Tepung biji kacang hijau, disebut di pasaran sebagai tepung hunkue, digunakan dalam pembuatan kue-kue dan cenderung membentuk gel. Tepung ini juga dapat diolah menjadi mi yang dikenal sebagai soun.
Tanaman kacang hijau (vigna radiata l ) merupakan salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang masi berfamili dengan  leguminasae yaitu kacang tanah atau kacang-kacangan lainnya. Tanaman ini sudah banyak di kenal masyarakat indonesia yang menyebar luas keberbagai daerah terpencil. Tanaman ini diduga berasal dari kawasan india.
Description: 1
 








Klasifikasi kacang hijau

Kingdom      :    Plantae
Divisi       :    Spermatophyta
Kelas        :    Magnoliophyta
Ordo        :    Rosales
Famili       :    Leguminasae
Genus      :    Vigna
Spesies     :    Vigna radiata L.



2.6.       Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible, atau tidak dapat kembali ke bentuk semula. Sedangkan perkembangan adalah peristiwa perubahan biologis menuju kedewasaanm tidak dapat dinyatakan dengan ukuran tetapi dengan perubahan bentuk tubuh (metamorfosis) dan tingkat kedewasaan.
Pada proses pertumbuhan selalu terjadi peningkatan volume dan bobot tubuh peningkatan jumlah sel dan protoplasma. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan bukan merupakan besaran sehingga tidak dapat diukur. Perkembangan pada tumbuhan diawalai sejak terjadi fertilisasi. Calon tumbuhan akan berubah bentuk dari sebuah telur yang dibuahi menjadi zigot, embrio, dan akhirnya menjadi sebatang pohon. Proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan diawali dengan aktivitas sintetis bahan mentah (bahan baku) berupa molekul sederhana dan molekul kompleks
2.7.       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman :
2.7.1. Faktor Internal
2.7.1.1.    Gen, setiap jenis tumbuhan membawa gen untuk sifat-sifat tertentu, seperti berbatang  tinggi      atau berbatang rendah. Tumbuhan yang mengandung gen ‘baik’ dan didukung oleh   lingkungan yang sesuai akan.memperlihatkan pertumbuhan yang baik.
2.7.1.2.    Hormon,  pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan     pertumbuhan.
Auksin                 :    untuk membantu perpanjangan sel
Giberelin              :    untuk pemanjangan dan pembelahan sel
Sitokinin              :    untuk menggiatkan pembelahan sel
Etilen                   :    untuk mempercepat buah menjadi matang
Asam traumalin   :    merangsang     pemebelahan  sel  di     bagian
                                       tumbuhan yang luka


2.7.2. Faktor Eksternal
2.7.2.1.    Air
Fungsi air antara lain untuk fotosintesis, mengaktifkan reaksi-reaksi enzim, membantu proses perkecambahan biji, menjaga (mempertahankan) kelembapan, transpirasi, meningkatkan tekanan turgor sehingga merangsang pemebelahan sel, menghilangkan asam asbisat.
2.7.2.2.    Suhu / temperatur.
Lingkungan tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,        reproduksi dan kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22°c-37°c. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti.
2.7.2.3.    Kelembaban udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan.   Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
2.7.2.4.    Cahaya matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar matahari dapat menghambat proses pertumbuhan.
2.7.2.5.    Nutrien.
Tumbuhan memerlukan nutrien untuk kelangsungan hidupnya. Nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah banyak disebut unsur makro (makronutrien). Unsur makro misalnya karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, sulfur, kalium, kalsium, fosfor, dan magnesium. Sedangkan nutrien yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro (mikronutrien). Contoh unsur mikro adalah klor, besi, boron, mangan, seng, tembaga, dan molibdenum. Kekurangan nutrien di tanah atau media tempat tumbuhan hidup menyebabakan tumbuhan mengalami defisiensi. Defisiensi mengakibatkan tumbuhan menjadi tumbuh dan berkembang dengan tidak sempurna (Srikini, 2006 : 222)
2.7.2.6.    Kelembapan
Kelembapan ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun, karena transpirasi akan terkait dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut. Jika kondisi lembap dapat dipertahankan, akan banyak air yang diserap dan lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi ini mendukung aktivitas pemanjangan sel sehingga sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum dan tumbuhan membesar (Wirakusumah,2003:47).

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1.    Waktu dan Tempat
            percobaan tentang tingkah laku telah dilaksanakan pada Selasa, 15 Desember 2015, pada jam 16.00 WIB. Lokasi percobaan ini  bertempat di Kebun Biologi, Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bengkulu.
3.2.    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:
3.2.1.      Gelas plastik
3.2.2.      Tanah
3.2.3.      Cacing tanah
3.2.4.      Biji kacang hijau
3.2.5.      Kotak berukuran 20x20 cm
3.2.6.      Gelas petri
3.2.7.      Air
3.2.8.      Tepung sagu
3.2.9.      Kertas karbon
3.2.10.  Pisau
3.3.       Langkah Kerja
3.3.1.      Gerak Pada Hewan
3.3.1.1.     Fototropisme
3.3.1.1.1.   Rendam biji kacang hijau kurang lebih 15 biji
3.3.1.1.2.   Isi gelas plastik dengan tanah
3.3.1.1.3.   Lubangi kotak pada salah satu sisi tanah
3.3.1.1.4.   Basahi tanah, tanam dengan 6 kacang hijau
3.3.1.1.5.   Simpan gelas tersebut dalam kotak, dan amati pada hari ke 3,4, dan 5
3.3.1.2.     Geotropisme
3.3.1.2.2. Rendam biji kacang hiju sebanyak 15 biji
3.3.1.2.3. Isi gelas plastik dengan tanah
3.3.1.2.4. Seteah hari kedua miringkan dengan kemiringan lebih
                 dari 45 derajat
3.3.1.2.5. Amati pada hari ke2,3, dan 4
3.3.1.3.     Hidrotropisme
3.3.1.3.1.   Isi gelas dengan tanah basahigga setengah bagian dan setengah bagian yang lain dengan taah ynag kering
3.3.1.3.2.   Tanam biji kavcang hijau kurang lebih 6 biji pada sekeliling permukaan tanah
3.3.1.3.3.   Simpan dan amaati pada hari ke 3 dan 4
3.3.2.      Gerak Pada Hewan
3.3.2.1.     Sediakan cawan petri dan kertas karbon berbentuk setengah lingkran
3.3.2.2.     Tutup cawan petri dengan kertas karbonn
3.3.2.3.     Masukkan seekor cacing kedalam cawan petri yang terkena cahaya
3.3.2.4.     Amati gerakan cacing pada tanah tersebut
3.3.2.5.     Taburi bekas jejak cacing tanah dengan tepung sagu kemus=dian setelah cacing sampai pada vbagian yang gelap, angkatlah caing tersebut. Dan balikkan cawan  petri tersebut sehingga tapak adanya tepung yang menempel pada petri (sebagai gambaran jipaklah arah gerakan cacing)



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.    Hasil
4.1.1.   Hasil Pada Hewan (Cacing)
Posisi awal cacing
Keterangan
Description: D:\NN.png


Kondisi awal cacing yang berada di daerah terang
 
Pergerakan cacing


Pergerakan cacig yang melingkari cawan untuk mencapai tempat yang jauh dari cahaya
 
keterangan
Description: D:\NNNNN.png
Posisi cacing setelah 15 menit
Keterangan
Description: D:\NNNN.png 


kondisi akhir cacing pada daerah yang jauh dari cahaya
 
 
4.1.2.   Hasil Pada Tumbuhan (Kacang Hijau) 
4.1.2.1.     Hasil
Ke-
Fototropisme
Geotropisme
Hidrotropisme
Daun (cm)
Batang (cm)
Akar (cm)
Daun
(cm)
Batang (cm)
Akar (cm)
Daun (cm)
Batang (cm)
Akar (cm)
1
-
-
1
-
-
1
-
-
1
2
1
4
4
1,4
1,5
3,1
1
2,5
6
3
2
8
6
1,9
6,7
6,4
2
5,5
8,7
4
2,1
14
7,5
2,5
10
9,7
2,5
10
9.3
5
2,1
24
8
2,6
16,3
10,7
3
17
11,8
6
2,3
26,2
9,2
2,9
18
12,3
3,8
19,2
12,7
7
2,5
27,5
10
3,5
19
14
4
22
15



4.1.2.2.     Deskripsi
Pertemuan ke
Fototropisme
Geotropisme
Hidrotropisme
1
Pada hari pertama terlihat pergerakan kecambah dengan dibuktikan dengan akar sepanjang 1 cm
Pada hari pertama, perkembangan pada geotropisme sudah mulai tampak dengan tumbuhnya akar seoanjang 1 cm
Pada hari pertama,perkembanga hidro juga sa aseperti fototropisme dan geotropisme, yaitu dengan adanya akar yang muncul dengan panjang 1cm
2
Pada hari kedua pergerakan kecambah mulai terlihat yaitu dengan tumbuhnya akar dan batang serta adanya daun yang mulai muncul sebagian.

Pada hari kedua pergerakan kecambah dapat dilihat dengan tumbuhanya kar batang dan daun.
Pada hari kedua prgerakan hidro sama dengan perkembangan foto dan geo yaitu dengan adanya perkembangan pada akar batang dan daunnya.
3
Pada hari ketiga masih sama dengan hari kemarin, yautu adanya pertambahan panjang akar batang dan daun, untuk dau sudah keluar  semua dan  mekar. Pada bagian akar telah memanjag. Warna dari daun tidak terlalu hiajau dibandingkan dengan yang lain
Pada hari ketiga masih sama dengan hari kemarin, yautu adanya pertambahan panjang akar batang dan daun, untuk dau sudah keluar  semua dan  mekar. Pada bagian akar telah memanjag.
Pada hari ketiga masih sama dengan hari kemarin, yautu adanya pertambahan panjang akar batang dan daun, untuk dau sudah keluar  semua dan  mekar. Pada bagian akar telah memanjag
4
Pada hari keempat masih sama dengan hari kemarin, yautu adanya pertambahan panjang akar batang dan daun, untuk dau sudah keluar  semua dan  mekar. Pada bagian akar telah memanjag. Pertambahan panjang pada akar telah menghasilkan beberapa rambut akar yang baru meuncul dengan panjang kurang lebih 0,8 cme..
Pada hari keempat masih sama dengan hari kemarin, yautu adanya pertambahan panjang akar batang dan daun, untuk dau sudah keluar  semua dan  mekar. Pada bagian akar telah memanjag. Pertambahan panjang pada akar telah menghasilkan beberapa rambut akar yang baru meuncul dengan panjang kurang lebih 0,8 cme..
Pada hari keempat masih sama dengan hari kemarin, yautu adanya pertambahan panjang akar batang dan daun, untuk dau sudah keluar  semua dan  mekar. Pada bagian akar telah memanjag. Pertambahan panjang pada akar telah menghasilkan beberapa rambut akar yang baru meuncul dengan panjang kurang lebih 0,8 cm. Untuk daun pada geo dan hydro lebih hijau dibanding foto, karena langsung dapat berfotosintesis
5
Pada percobaan yag kelima masih sama dengan yang lain yaitu bertambah panjang akar batang dan daun, dimana pada fototropisme warna dau dan batang lebih muda dibandingkan dengan geo dan hidro.rambut akar semaki tumbuh kesamping serta akar juga tumbuh kesamping melibgkari dasar botol plastik.
Pada percobaan yag kelima masih sama dengan yang lain yaitu bertambah panjang akar batang dan daun, dimana pada dimana pada geotropisme panjang kar lebih panjan dibandingkan dengan yang lain karena pengaruh gravitasi
Pada percobaan yag kelima masih sama dengan yang lain yaitu bertambah panjang akar batang dan daun. Nmun pada hydro arah akar dan rambut akar seluruhnya untuk menyerap oksigen.
6
Pada percobaan yag kenam masih sama dengan yang lain yaitu bertambah panjang akar batang dan daun, dimana pada dimana pada geotropisme panjang kar lebih panjan dibandingkan dengan yang lain karena pengaruh gravitasi
Pada percobaan yag kenam masih sama dengan yang lain yaitu bertambah panjang akar batang dan daun, dimana pada dimana pada geotropisme panjang kar lebih panjan dibandingkan dengan yang lain karena pengaruh

Ada percobaan yag kelima masih sama dengan yang lain yaitu bertambah panjang akar batang dan daun, dimana pada dimana pada geotropisme panjang kar lebih panjan dibandingkan dengan yang lain karena pengaruh gravitasi


7
Pada pengamatan yang terakhir, masih terdapat yang memanjang yaitu akar batang daun dan akar
Untuk bedanya dengan yang lain yaitu tinggiyang lebih tinggi dari yanglain, dan warna lebih pudar
Pada pengamatan yang terakhir, masih terdapat sayang memanjang yaitu akar batang dau dan akar beda geo dengan yang lain yaitu akar yang berbelit velit dan menuju ke bawah tanah
Pengamatan terakhir, masih terdapat pertambahan panjang yaitu akar pada batang daun dan akar. Pada bagian akar batnag dan daun telah diteili. pada hydro lebih panjang akarnya bagi yang lain.

4.2.    Pembahasan
Pada percobaan mengenai tingkah laku, kami mempunyai dua objek sebagai bahan penelitian, yaitu cacing dan kacang hijau. Cacing digunakan untuk mengetahui tingkah laku hewan terhadap rangsangan, sendangkan kaang hijau untuk mengetahui tingkah laku tumbuhan terhadap rangsangan.
Percobaan yang pertama yaitu pada cacing, yaitu untuk mengetahui tingkahlaku atau respon yang dialami oleh cacing pada saat diletakkan cahaya didekatnya.
Caranya yaitu dengan menyiapkan alat berupa cawan petri yang dirancang sedemikian rupa dengan membungkus setengah bagian cawan petri dengan kertas karbon dan setengah nya yang lain dibiarka terbuka. Dalam hal ini sisi yang ditutupi dengan kertas karbon diibaratkan dengan  keadaan gelap atau malam, sedangkan pada sebagian cawan petri yang lain (yang tidak ditutupi kertas karbon) diibaratkan dengan keadaan terang atau siang hari.
Hasil yang didapatkan yaitu cacing bergerak menuju ke bagian yang ditutupi dengan kertas karbon atau dalam keadaan gelap. Untuk berhenti didalam kertas karbon, cacing bergerak secara melingkar sebanyak kurang lebih 3 kali keliling dan membutuhkan waktu 7 menit hingga cacing tetap berada didalam bagian yang gelap. Hal ini disebabkan oleh cacing berusaha mencari bagian yang gelap serta jauh dari cahaya, walapun cacing telah melewati bagian yang gelap namun tetap terus bergerak untuk mencari bagian yang benar benar terlindungi dari cahaya. Oleh karenanya cacing tidak  langsung masuk ke bagian yang gelap, tetapi mencari dahulu bagian yang gelap tersebut dan meneliti apakah cocok atau tidak. Jika cocok maka cacing akan tetap berada pada tempat tersebut.
Seperti hasil percobaan kami, setelah kurang lebih 7 menit mengelilingi cawan petri, akhirnya cacing berhenti dibagian yang gelap di bawah kertas karbon. setelah itu ambil cacing dari cawan petri dan taburi dengan bedak agar kita mengtahuialiran aliran perjalanan dari cacing.
Berdasarkan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa cacing merupakan hewan yang tidak suka dengan kondisi yang terang. Cacing akan segera mencari tempat yang gelap lembab dan mengandung ph yang ciocok.
Cacing memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembaban cukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak rusak yaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15oc-25oc .
Cacing bernafas dengan menggunakan kulit. Oleh karenanya untuk mendukung proses respirasi ini kulit cacing harus terus lembab dan tidak kering. Jika kering maka proses  respirasi dan ekskresi akan terganggu.   Untuk itu cacing menjauh dari cahaya dengan tujuan agar kulitnya tidak kering terkenacahaya tersebut. Sesuai dengan habitat cacing yaitu didalam tanah.
Dalam kondisi tanah yang lembab, akan terdapat lebihh banyak cacing dibandingkan tanah yang kering. Karena kondisi yang seperti ini mendukung kinerjapada sel tubuh cacing, hal ini menyebabkan cacing betah dan akan terus tumbuh dan berembang.
Kulit cacing biasanya basah dan berlendir. Kulit yang basah dan berlendir itu memudahkan penyerapan oksigen dari udara.  Melalui pembuluh darah di permukaan kulitnya yang tipis, oksigen diikat oleh darah. Darah cacing mampu mengikat oksigen karena mengandung hemoglonin. Oksigen yang diikat oleh hemoglobin itu selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. Zat sisa pembakaran yang berupa karbon dioksida dan uap air dikeluarkan dari tubuh juga melalui permukaan kulit
Selain menyukai tempat lembab, cacing juga menyukai tanah gembur yang memiliki banyak rongga udara. Rongga udara memungkinkan cacing memperoleh cukup oksigen untuk pernapasannya. Sebaliknya, cacing tidak dapat hidup di dalam air karena tidak mampu mengambil oksigen yang terlarut di dalam air. Jika tanah tempat hidupnya kering dan suhu udara panas, cacing akan menggali lubang lebih dalam.
Cacing menggunakan permukaan tubuhnya untuk bernapas. Hewan ini memanfaatkan permukaan kulitnya untuk bernapas. Oleh karena itu, kulit cacing tanah selalu basah untuk memudahkan terjadinya pertukaran udara. Di bawah permukaan kulitnya yang basah tersebut, ternyata terdapat kapiler-kapiler darah. Melalui kapiler ini, oksigen berdifusi masuk ke dalam kulit, lalu ditangkap dan diedarkan oleh sistem peredaran darah. Sebaliknya, karbon dioksida yang terkandung dalam darah dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh
Pada percobaan yang kedua, yaitu mengamati tigkah laku pada tumbuhan kacang hijau. Dari prcobaan yang telah kami lakukan kami meggunakan tiga buah metode penanaman kacang hijau yaitu fototropisme, geotropisme, dan hydrotropisme.
Pada percobaan fototropisme. Percobaan fototropisme ini dilakukan di ruang yang gelap atau tidak ada cahaya. Hasil yang didapatkan yaitu tanaman leih tinggi, warna daun hijau stabil . Warna batangpi=utih kekuning kuningan dan daun yang relatif kecil.
Hal ini terjadi karena hormon auksin didalam tubuh kacang hijau tidak dapat ditahan aktifitasnya. Hormon auksin adalah hormon pertumhbuhan pada tumbuhan. Hormon ini lah yang dapatmembuat tanaman menjadi cepat tumbuh.namun aktifitas hormo auksin ini harus selalu ditahan yaitu slah satunya yanitu denga sinar matahari.
Jika tidak ditutup maka akan terus aktif hormon auksinya dan pertumbuhana akan berlangsung cepat. Seharusnya ini merupakkan hal yang diinginkanyaitu tumbuh dngan cepat. Walaupun cepat tumbuh, tetapi tanaman ynag dihasilkan pada fototropisme akan lebih mudah rapuh dan layu dibanding dengan ynag lan.  Sehingga tidak baik utnuk dikembangbiakkan.
Metode yang kedua yaitu geotropisme, adalah pergerakan dari tmbuhan yang dipengaruhi oleh rangsangan berupa grafitasi bumi. Berdasarkan hasi percobaan yang telah dilakukan, kami mendapatkan tinggi tanaman yaitu sepanjang 19 cm, panjang akar 14 cm, dan dau n 3,5 cm. Dibandingkan dengan fototropisme tadi ternyata  tumbuhan pada geotropime ini lebih pendek dibanding dengan fototropisme hal ini dikarenakan oleh  geotropisme tumbuh pada daerah yang banyak cahaya sehingga aktifitas hormon auksin dapat ditekan.. Tetapi warna nya lebih hijau karena dapat langsung berfotosintesis.
Pada pecobaan pot harus dimiringkan sebesar lebih dari 45 erajat. Namun karena adanya kesalahan maka percobaan pada geotropisme ini gagal. Seharusnyasaat dimiringkan sebanyak 45 derajat maka struktu tubuh kacang hijau akan bengkok ke arah datnagnnya cahaya dan akar akan mengarah kearah pusat bumi. Hal ini membuktikan bahwa gerakanya disebut geotropise, yaitu rangsangan berupa grafitasi.
Metode yang ketiga yaitu hydrotropisme, pada percobaan ini kami mengamati pertambahan panjang akar batan dan daun kacang hijau. Berdasarkan data hasil yang didapattkan panjang batang yaitu 22 cm, akar sepanjang 15 cm, dan daun selebar 4 cm.
Untuk akar lebih tinggi dibanding ynag lain karena adanya air didasar pot sehingga akar selalu menuju kesana sehingga banyak akar yang menuju kesana baik akar utama maupun rambut akarnya.
Dari percobaan kami gagal mendapatkan pengaruh rangsangan air didalam perkembangan perkecambahan. Seharusnya letak air pada perkecambahan bukan didasar tetapi terletak disamping pot. Sehinngga pot mempunyai dua sisi berbeda yaitu sisi yang berair dan sisi yang kering. Berdasarkan litertur akara akan menjalar kedaerah yang mempunyai kadar air tinggi maka akan bergeser kesamping. Jika ami membuat perbedaan air dan kering disamping, maka kami akan mendapat hasil yang lebih akurat.
Dari percobaan ynag telah dilakukan  dapat ditarik kesimpulan yaitu pergerakan makhluk hidup berbeda beda sesuai dengan rangsangan yang diberikan. Namun satu hal yang jelas diketahui yaitu pergerakan hewan lebih aktif dan menonjol serta nampak mata dibandingkan pergerakan tumbuhan.
dari percoban timbulnya rambut akar lebih cepat dan lebih panjan  di bagian hidrotropisme, hal ini dikarenakan oleh kandungan air memancing akar untuk mendapatkan nutrisi yang lebi banyak.hal ini menyebabkan rambut akar pada akar lebih cepat tumbuh dibagian hidrotropisme dibandingkan dengan fototropisme dan geotropisme.


BAB V
PENUTUP

5.1.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan mengenai tingkah laku ini yaiutu
5.1.1.   Mengenal  3  macam  gerak tropis pada tumbuhan yaitu gerak fototropisme
            (rangsangan  berupa  cahaya  matahari),  geotropisme  (rangsangan  berupa
               gaya gravitasi), dan hidrotropisme (rangsangan berupa air).
5.1.2.   Mengenal  tiga  macam  bentuk  reaksi  /  prilaku  hewan terhadap berbagai
            rangsangan.  Yaitu  tropisme  (gerakan  memutar   seluruh   tuubuh   yang
            langsungn kerangsangan), taksis (gerakan hewanmendekati atau menerima
            rangsangan) dan kinesis (tidak ada gerakan)
5.1.3.   Mengenal reaksi hewan yang bersifat fototaksis positif  yaitu seperti laron
            dan negatif yaitu cacing

5.2.    Saran 
Dari percobaan yang telah dilakukan terdapat beberapa saran  yaitu hati hati menggunakan cawan petri pada saat percobaan tingkah laku hewan,  hati hati menggunakan pisau untuk menggunting wadah tempat kacang hijau. serta sebaiknya untuk percobaan mengenai tingkah laku tumbuhan yaitu pada kacag hijau hendaknya tidak lagi menggunakan botol aqua sis. dan untukpercobaan geotropisme dan hidrotropisme sebaiknya lebih teliti lagi dalam berbuat.

DAFTAR PUSTKA

Adam, Robinsie W. 1992. Adaptasi Tumbuhan. Jakarta Andi Publisher
Adianto. 1983. Biologi Pertanian. Alumni Bandung : Bandung.
Bambang, Tursih.2002. Gerak Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.
Campbell N. A & Hadermos, G.J. 2003. Biologi Edisi kedua. Jakarta : Erlangga
Diah, Ayulina, dkk. 2011.  BIOLOGY 3A for Senior High School Grade II Semester 1. Jakarta :Esis
Dwijosaputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.
Furqonita, Deswaty. 2006. Seri IPA BIOLOGI, Jakarta: Quadra
Hermanto, Bambang. D.Rs. 2011. Bahas Tuntas 1001 Soal Biologi SMA. Yogyakarta : Pustaka Widyatama
Isma’il, Mokhamad. 2009. Bahas Tuntas 1001 Soal Biologi, Yogyakarta: Pustaka Widyatama
Kastono,Hadi. 2001. Keterampilan Biologi. Jakarta: Erlangga
Kiswani,Dewi.2010. Pertumbuhan Kacang hijau. Yogyakarta: PT Cipta Karya
Lee, Keneth E. Earthworms: Their Ecology and Relationships with Soils and Land Use. Academic Press. Sydney, 1985. ISBN 0-12-440860-5
Muhammad, N. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta :Bumi Aksara
Pearce, E. 1989. Anatomi Cacing Tanah. Jakarta : Gramediaa
Prawirohartono, Slamet 2004. Sains Biologi. Jakarta : Bumi Aksara
Pratiwi, D.A. dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga
Ronie DamriuQuriha. 1999. FISIOLOGI TUMBUHANYogyakarta: Gadjah Mada University Press
Srikini, Suharno, dkk. 2006. BIOLOGI untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga
Wirakusumah. Sambas 2003. Gerak Pada Tumbuhan. Jakarta : UI Press



LAMPIRAN

Lampiran Foto Pengukuran Pada Geotropisme


Description: D:\20151219_075941.jpg
Description: D:\20151219_075932.jpg Description: D:\20151219_075923.jpg
 







Lampiran Foto Pengukuran Pada Hidrotropisme


Description: D:\20151220_095531.jpg
Description: D:\20151220_095451.jpg
Description: D:\20151220_095753.jpg
 








Description: D:\20151219_080027.jpgDescription: D:\20151219_080036.jpgDescription: D:\20151219_080003.jpgLampiran Foto Pengukuran Pada Fototropisme








Foto Percobaan Pada Hewan (Cacing Tanah)
Description: D:\ADAM\gambar\IMG20151215163833.jpg Description: D:\ADAM\gambar\IMG20151215163837.jpg
Description: D:\ADAM\gambar\IMG20151215163255.jpg Description: D:\ADAM\gambar\IMG20151215163249.jpg Description: D:\ADAM\gambar\IMG20151215163427.jpg
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMANFAATAN TANAMAN TALI PUTRI SEBAGAI OBAT PENYAKIT GONORE

PEMANFAATAN TANAMAN TALI PUTRI SEBAGAI OBAT PENYAKIT GONORE Disusun Oleh :                                   ...